IMPLEMENTASI SDLC (SYSTEM
DEVELOPMENT LIFE CYCLE) PADA PT. TOYOTA ASTRA MOTOR (TAM)
PT.Toyota Astra Motor
PT.Toyota Astra Motor atau biasa disingkat dengan TAM merupakan
Agen Tunggal Pemegang Merk (ATPM) Mobil Toyota di Indonesia. TAM merupakan
perusahaan joint venture antara PT. Astra International Tbk dengan persentase
saham 51% dan Toyota Motor Corporation, Jepang dengan persentase saham 49 %.
Toyota Astra Motor (PT.TAM) didirikan di
Jakarta pada tahun 1971 oleh James Suliman PT.Gaya Motor,
William Surjadjaja PT.Astra International Inc dan
Koyama Zenichi Toyota Motor Co & Penjualan Toyota Motor Jepang, dengan
modal resmi Rp. 806.7 juta dan modal disetor sebesar Rp. 80.7 juta.
Para akta notaris perusahaan telah dirubah beberapa kali untuk
mengakomodasi perubahan dalam komposisi pemegang saham Indonesia.
Mengkonsolidasikan bisnisnya, pada tahun 1989 PT. TAM melakukan merger dengan
tiga perusahaan afiliasi: PT.Toyota Mobilindo, PT. Multi Astra dan PT. Toyota
Engine Indonesia.
PT.Toyota Astra Motor diresmikan pada tanggal 12 April 1971.
Peranan TAM semula hanya sebagai importir kendaraan Toyota, namun setahun
kemudian sudah berfungsi sebagai distributor. Pada tanggal 31 Desember 1989,
TAM melakukan merger bersama tiga perusahaan antara lain :
- PT.Multi Astra (Pabrik Perakitan, didirikan tahun 1973)
- PT.Toyota Mobilindo (Pabrik Komponen bodi,dirikan tahun 1976)
- PT.Toyota Engine Indonesia (Pabrik Mesin, didirikan tahun 1982)
Pengembangan Sistem
Dilakukan dengan menggunakan metodologi (suatu proses standar
yang diikuti oleh organisasi untuk melaksanakan seluruh langkah yang diperlukan
untuk menganalisa, merancang, mengimplementasikan, dan memelihara sistem
informasi) Metodologi klasik yang digunakan dikenal dengan istilah SDLC (System
Development Life Cycle). Model yang digunakan adalah model waterfall, Langkah-langkah yang digunakan pada SDLC ini meliputi :
- Melakukan
survei dan menilai kelayakan proyek pengembangan sistem informasi
- Mempelajari
dan menganalisis sistem informasi yang sedang berjalan
- Menentukan
permintaan pemakai sistem informasi
- Memilih
solusi atau pemecahan masalah yang paling baik
- Menentukan
perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software)
- Merancang
sistem informasi baru
- Membangun
sistem informasi baru
- Mengkomunikasikan
dan mengimplementasikan sistem informasi baru
- Memelihara dan melakukan perbaikan/peningkatan sistem informasi baru bila diperlukan
Dengan siklus SDLC, proses
membangun sistem dibagi menjadi beberapa langkah dan pada sistem yang besar,
masing-masing langkah dikerjakan oleh tim yang berbeda. Langkah tersebut adalah:
- Analisis
sistem, yaitu membuat analisis aliran kerja manajemen yang sedang berjalan
- Spesifikasi
kebutuhan sistem, yaitu melakukan perincian mengenai apa saja yang
dibutuhkan dalam pengembangan sistem dan membuat perencanaan yang
berkaitan dengan proyek sistem
- Perancangan
sistem, yaitu membuat desain aliran kerja manajemen dan desain pemrograman
yang diperlukan untuk pengembangan sistem informasi
- Pengembangan
sistem, yaitu tahap pengembangan sistem informasi dengan menulis program
yang diperlukan
- Pengujian
sistem, yaitu melakukan pengujian terhadap sistem yang telah dibuat
- Implementasi
dan pemeliharaan sistem, yaitu menerapkan dan memelihara sistem yang telah
dibuat.
Siklus SDLC dijalankan secara berurutan, mulai dari langkah
pertama hingga langkah keenam. Setiap langkah yang telah selesai harus dikaji
ulang, kadang-kadang bersama expert user, terutama dalam langkah spesifikasi
kebutuhan dan perancangan sistem untuk memastikan bahwa langkah telah
dikerjakan dengan benar dan sesuai harapan. Jika tidak maka langkah tersebut
perlu diulangi lagi atau kembali ke langkah sebelumnya.
Kaji ulang yang dimaksud adalah pengujian yang sifatnya quality
control, sedangkan pengujian di langkah kelima bersifat quality assurance.
Quality control dilakukan oleh personal internal tim untuk membangun kualitas,
sedangkan quality assurance dilakukan oleh orang di luar tim untuk menguji
kualitas sistem. Semua langkah dalam siklus harus terdokumentasi. Dokumentasi
yang baik akan mempermudah pemeliharaan dan peningkatan fungsi sistem.
IMPLEMENTASI SDLC (SYSTEM DEVELOPMENT LIFE CYCLE) PADA mata kuliah sistem informasi
Metode yang digunakan pada implementasi kali ini adalah metode waterfall. Waterfall adalah pendekatan SDLC paling awal yang digunakan untuk pengembangan perangkat lunak. Hal ini juga disebut sebagai model SDLC linear-sekuensial. Hal ini sangat sederhana untuk memahami dan menggunakanya dalam mengimplementasikan sebuah sistem.
Dalam Model Waterfall, setiap tahap harus berurutan, dan tidak dapat meloncat ketahap berikutnya, harus menyelesaikan tahap pertama baru lanjut ke tahap ke dua dst.
Analisis kebutuhan dan
pendefenisian
Pada tahapan ini
dianalisis kebutuhan dari system atau aplikasi yang dibangun dengan adanya
analisis kebutuhan akan memudahkan didalam pembuatan aplikasi atau system yang
dibangun.dalam tahapan ini dilakukan wawancara atau observasi untuk
mengumpulkan data-data yang dibutuhkan.pada saat kami melakukan tahapan
analisis kami melakukan analisis kebutuhan dengan menganalisis secara langsung
di tempat yang kami jadikan sample.
·Perancangan Sistem
dan Perangkat Lunak
Pada Tahapan Ini akan
dilakukan perancangan system berdasarkan analisis kebutuhanyang telah
dilakukan.pada saat melakukan perancangan system,kami mengacu terhadap system
yang sudah ada pada bagian ini kami hanya mengembangkan bagian yang masih belum
memenuhi kebutuhan user. Pembuatan UMl mis: use case dan diagram ER atau Pembuatan
Desain antar muka.
·Implementasi dan unit
testing
Tahapan ini dilakukan
setelah kami memperoleh semua kebutuhan dari user. Setelah itu akan dibangun
system yang mencakup kebutuhan user dan akan digunakan untuk kebutuhan user.
Kami melakukan testing untuk mengetahui apakah system yang dibuat sudah sesuai
dengan kebutuhan user atau belum.
·Integrasi dan
pengujian system
Tahapan integrasi dan
pengujian system ini yaitu menggabungkan system yang telah dibuat dengan system
yang sudah ada ataupun system operasi yang ada pada perangkat keras user dan
melakukan pengujian system apakah system tersebut sudah benar dan sesuai
kebutuhan. Tahapan ini tidak dilakukan oleh kami karena kami tidak berhubungan
langsung dengan system yang ada.
·Perawatan
(maintenance)
Pada tahapan ini akan
dilakukan perawatan untuk menjaga system agar tetap terjaga dan terawat
seperti tidak terjadi error, meminimalisir adanya kesalahan system dan
lain-lain.
Kami tidak terlibat secara langsung dengan
perawatan (maintenance) hal ini disebabkan karena system yang dibuat tidak
digunakan pada Objek yang diteliti.
IMPLEMENTASI SDLC (SYSTEM DEVELOPMENT LIFE CYCLE) PADA perancangan dan pengembangan sistem parkir
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode spiral
Model spiral (spiral model) adalah model pengembangan
software dimana proses digambarkan sebagai spiral. Setiap loop akan mewakili
satu fase dari proses pembuatan/perancangan software. Loop paling dalam
berfokus pada kelayakan dari sistem, loop selanjutnya tentang definisi dari
kebutuhan, loop berikutnya berkaitan dengan desain sistem dan seterusnya,
seperti gambar berikut
Kelebihan Model Spiral :
- Setiap tahap pengerjaan
dibuat prototyping sehingga kekurangan dan apa yang diharapkan oleh client
dapat diperjelas dan juga dapat menjadi acuan untuk client dalam mencari
kekurangan kebutuhan.
- Lebih cocok untuk
pengembangan sistem dan perangkat lunak skala besar.
- Dapat disesuaikan agar
perangkat lunak bisa dipakai selama hidup perangkat lunak komputer.
- Pengembang dan pemakai dapat
lebih mudah memahami dan bereaksi terhadap resiko setiap tingkat evolusi
karena perangkat lunak terus bekerja selama proses.
- Menggunakan prototipe
sebagai mekanisme pengurangan resiko dan pada setiap keadaan di dalam
evolusi produk.
- Tetap mengikuti
langkah-langkah dalam siklus kehidupan klasik dan memasukkannya ke dalam
kerangka kerja iteratif.
- Membutuhkan pertimbangan
langsung terhadap resiko teknis sehingga mengurangi resiko sebelum menjadi
permaslahan yang serius.
Kekurangan Model Spiral :
- Banyak konsumen (Client)
tidak percaya bahwa pendekatan secara evolusioner dapat dikontrol oleh
kedua pihak.
- Model spiral mempunyai
resiko yang harus dipertimbangkan ulang oleh konsumen dan developer.
- Memerlukan tenaga ahli untuk
memperkirakan resiko, dan harus mengandalkannya supaya sukses.
- Belum terbukti apakah metode
ini cukup efisien karena usianya yang relatif baru.
- Memerlukan penaksiran resiko
yang masuk akal dan akan menjadi masalah yang serius jika resiko mayor
tidak ditemukan dan diatur.
- Butuh waktu lama untuk
menerapkan paradigma ini menuju kepastian yang absolute.
studi kasus :
Sidik jari ( fingerprint) adalah hasil reproduksi tapak jari
baik yang sengaja diambil, dicapkan dengan tinta, maupun bekas yang
ditinggalkan pada benda karena pernah tersentuh kulit telapak tangan atau kaki.
Kulit telapak adalah kulit pada bagian telapak tangan mulai dari pangkal
pergelangan sampai kesemua ujung jari, dan kulit bagian dari telapak kaki mulai
dari tumit sampai ke ujung jari yang mana pada daerah tersebut terdapat garis
halus menonjol yang keluar satu sama lain yang dipisahkan oleh celah atau alur
yang membentuk struktur tertentu. Identifikasi sidik jari, dikenal dengan
daktiloskopi adalah ilmu yang mempelajari sidik jari untuk keperluan pengenalan
kembali identitas orang dengan cara mengamati garis yang terdapat pada guratan
garis jari tangan dan telapak kaki. Daktiloskopi berasal dari bahasa Yunani
yaitu dact ylos yang berarti jari jemari atau garis jari, dan scopein yang
artinya mengamati atau meneliti. Kemudian dari pengertian itu timbul istilah
dalam bahasa Inggris, dactyloscopy yang kita kenal menjadi ilmu sidik jari.
Fleksibilitas dari gelombang pada kulit berarti tidak ada dua sidik jari atau
telapak tangan yang sama persis pada setiap detailnya. Pengenalan sidik jari
melibatkan seorang pakar, atau sebuah sistem pakar komputer, yang menentukan
apakah dua sidik jari berasal dari jari.
Identifikasi berdasarkan sidik jari adalah daerah aktif
penelitian di biometrik menerapkan berbagai umum dan teknik kode
domain-spesifik optimasi untuk secara efisien melaksanakan tahap pendaftaran,
yang mengambil sebagai masukan serangkaian gambar sidik jari dan menghasilkan
diadaptasi packet pohon dan template wavelet domain yang terkait. Itu kode
untuk identifikasi sebenarnya kemudian dihasilkan automati-Cally dari deskripsi
matematika. Algoritma identifikasi sidik jari kembali quires perhitungan
matematika yang berat, sehinggasatu al-gorithm bisa memiliki runtimes berbeda
tergantung pada Implementasi algoritma. Algoritma ini terdiri dari 2 tahap,
tahap pelatihan dan tahap verifikasi. Namun penting untuk memiliki efisien
pelaksanaan tahap pelatihan untuk memungkinkan pengembang algoritma untuk
dengan cepat menjalankan dan menguji uji beda kasus. Tahap verifikasi dilakukan
secara on-line sehingga itu perlu secepat mungkin. Kualitas sidik jari
sistemidentifikasi tidak hanya tergantung pada keakuratan.
Daftar pustaka
- https://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/paradigma/article/viewFile/2131/1707
- Imbiri, Freeon Alkapon. 2016. Implementasi Sistem Perparkiran Otomatidengan Menentukan Posisi Parkir Berbasis RFId vol 4, No.1, hal 31-46.Teknik Elektro, Bandung.
nice information min
BalasHapusLampu servis hp
Judul dg isi gak sinkron..judulnya penerapan kasus pada sdlc tp isinya gk nyambung jeck
BalasHapus